RINTIHAN ANAK BUMI
Oleh : Abdul
Leman (Bekasi, 20 november 2018)
Kala fajar
menyambar pepohonan nan syahdu.
Bias
cahyanya menitik rerumputan nan lugu.
Udara sejuk
mengajak menari dedaunan nan mendayu
Kicau burung
bersahut -sahutan nan merdu.
Diantara
laga itu kulihat seorang kakek tua dibawanya. bibit pohon untuk ia tanam.
Sesat setelah
itu pesaanya yang romatis terdengar bengis
“kau adalah
anak bumi, yang kutanam dan ku titipkan
untuk cucuku nanti
kaupùn akan dibesarkan dibumi, sedang sebagai
anak tak mungkin kau bisa membalas budi kasih ibumu, maka jangan kau curangi
ibumu, dan ibumu adalam bumi”
kemudiaan
pohon kecil itupun saling berpesan.
pesan akar
pada batang
.” Wahai
batang Aku adalah kaki anak bumi dan kau harus kuat gagah dan gigih karena kau
adalah badan anak bumi”
pesan batang
pada ranting
“ wahai ranting jika aku badan anak bumi
kaupun harus kuat gagah dan gigih karena kau adalah tangan anak bumi”
pesan
ranting pada daun
“wahai daun jika aku adalah tangan anak bumi
kaupun harus kuat gagah dan gigih karena kau adalah wajah anak bumi.
Pesan daun “
kita adalah anak bumi yang akan beriringan dengan bumi. Karena bumi tempatku
dilahirkan.
Terik
dijadikannya tumbuh hujanpun dijadikannya subur.
Malam
dijadikannya kebal siangpun dijadikannya kuat.
Burung bersarang dijadikannya teman,
lebah bersarangdijadikannya kawan.
Harimau berteduh tak dijadikannya mungsuh.
Manusia berteduh tak dijadikannya mungsuh.
Tapi manusia menjadikannya jaddah.
Kala
tumbuhpun hebat dan lebat.
Lalu
dihampirilah oleh cucu kakek tua itu
Dan berkata dengan
cerdasnya seolah telah diajarkannya.
“ besok kau
akan kutebang karena bumi ini akan kujadikan perkotaan,
Karena bumi
ini kan kujadikan pemukiman,
Karena bumi
ini akan kujadikan perindustrian,
Karena bumi
ini adalah uang hahahahha.”
Tumbuh hebatnya
seketika lunglai.
Tumbuh
lebatnya seketika layu
Oh tuhan
anak sekecil itupun tau kalau bumi hanya tempatnya uang,
Pantas saja
satwaku beranjak pergi, bahkan hutanpun hutanpun sudah tak hijau lagi
Pantas saja
alamku marah bahkan bencana dimana –mana.
Dari banjir
hingga tsunami.
Dari longsor
hingga gempa.
Lalu kau
salahkan semesta, lalu kau salahkan takdir, bahkan kau salahkan tuhan
Oh…. Betapa
ramah tamahnya manusia dibumi ini.
No comments:
Post a Comment