Saturday, November 24, 2018

RINTIHAN ANAK BUMI


 RINTIHAN ANAK BUMI
Oleh : Abdul Leman (Bekasi, 20 november 2018)

Kala fajar menyambar pepohonan nan syahdu.
Bias cahyanya menitik rerumputan nan lugu.
Udara sejuk mengajak menari dedaunan nan mendayu
Kicau burung bersahut -sahutan nan merdu.

Diantara laga itu kulihat seorang kakek tua dibawanya. bibit pohon untuk ia tanam.
Sesat setelah itu pesaanya yang romatis terdengar bengis
“kau adalah anak bumi, yang  kutanam dan ku titipkan untuk cucuku nanti
 kaupùn akan dibesarkan dibumi, sedang sebagai anak tak mungkin kau bisa membalas budi kasih ibumu, maka jangan kau curangi ibumu, dan ibumu adalam bumi”
kemudiaan pohon kecil itupun saling berpesan.
pesan akar pada batang
.” Wahai batang Aku adalah kaki anak bumi dan kau harus kuat gagah dan gigih karena kau adalah badan anak bumi”
pesan batang pada ranting
 “ wahai ranting jika aku badan anak bumi kaupun harus kuat gagah dan gigih karena kau adalah tangan anak bumi”
pesan ranting pada daun
 “wahai daun jika aku adalah tangan anak bumi kaupun harus kuat gagah dan gigih karena kau adalah wajah anak bumi.
Pesan daun “ kita adalah anak bumi yang akan beriringan dengan bumi. Karena bumi tempatku dilahirkan.
Terik dijadikannya tumbuh hujanpun dijadikannya subur.
Malam dijadikannya kebal siangpun dijadikannya kuat.
Burung bersarang dijadikannya teman,
lebah bersarangdijadikannya kawan.
Harimau berteduh tak dijadikannya mungsuh.
Manusia berteduh tak dijadikannya mungsuh.
Tapi manusia menjadikannya jaddah.
Kala tumbuhpun hebat dan lebat.
Lalu dihampirilah oleh cucu kakek tua itu
Dan berkata dengan cerdasnya seolah telah diajarkannya.
“ besok kau akan kutebang karena bumi ini akan kujadikan perkotaan,
Karena bumi ini kan kujadikan pemukiman,
Karena bumi ini akan kujadikan perindustrian,
Karena bumi ini adalah uang hahahahha.”

Tumbuh hebatnya seketika lunglai.
Tumbuh lebatnya seketika layu
Oh tuhan anak sekecil itupun tau kalau bumi hanya tempatnya uang,
Pantas saja satwaku beranjak pergi, bahkan hutanpun hutanpun sudah tak hijau lagi
Pantas saja alamku marah bahkan bencana dimana –mana.
Dari banjir hingga tsunami.
Dari longsor hingga gempa.
Lalu kau salahkan semesta, lalu kau salahkan takdir, bahkan kau salahkan tuhan
Oh…. Betapa ramah tamahnya manusia dibumi ini.

No comments:

Post a Comment