Sunday, September 29, 2019

Puisi | Pemuda Merdeka

Pemuda  Merdeka
Oleh: Abdul Leman

Wahai negeriku indonesia kini umurmu sudah semakin tua
Warna benderamu sudah berkibar dengan berani hampir diseluruh dunia.
Kiprah garudamu sudah mengibaskan sayapnya melalang buana pada semesta.
Namamu telah dikenal seantero jagat sebagai bangsa yang telah merdeka.
Maka sebab itu kami angkatan muda bertekad untuk berkarya mengahrumkan nama bangsa.

Kami adalah angakatan muda yang memilih merdeka, sang pembawa suka dengan rasa
Kami adalah angkatan muda yang memilih merdeka sang pembawa mimpi  dengan hati
Kami adalah angkatan muda yang memilih merdeka, sang pembawa cita dengan cinta
Kami adalah angkatan muda yang memilih merdeka, sang pembawa karsa dengan karya

Karya kami tak akan pernah mati meski tak dihargai
Semangat kami tak akan kelam meski dipadam
Mimpi kami tak akan pernah pupus meski dihunus
Cinta kami tak akan luntur meski dikufur
Karena kami memilih merdeka.

Kami bukan angkatan pongah yang hanya mau bertengadah
Kami bukan angkatan gagap yang hanya mau didekap.
Kami bukan angkatan kelam yang hanya mau digenggam
Kami bukan angkatan tumpul yang hanya mau dirangkul
Karena kami memilih merdeka

Kami bukan angkatan jalang yang suka berperang
Kami bukan angkatan nanar yang suka onar
Kami bukan angkatan mala yang suka mencela
Kami bukan angkatan rusak yang suka merusak.
Karena kami memilih merdeka.

Kami hanya ingin berkarya
Tak usah dipuja karena gaya
Tak usah di eluhkan karena penampilan
Tak usah dihormati hanya karena tak ingin mati

Kami memilih berkarya karena kami telah memilih merdeka.
Kami bukan pemuda sakit yang memantik api karena beda warna kulit.
Kami memilih berkarya karena kami telah mimilih merdeka.
Kami bukan pemuda cidera yang menebarkan bara karena beda warna bendera.
Kami memilih berkarya karena kami telah memilih merdeka.
Kami bukan pemuda biasa yang mengatasnamakan dosa karena beda agama
Kami memilih berkarya karena kami telah memilih merdeka.
Kami bukan pemuda kaku yang berani mencela karena beda suku dan budaya.

Kami adalah angkatan muda yang memilih untuk perasa
Kami adalah angkatan muda yang memilih untuk berfikir
Kami adalah angkatan muda yang memilih untuk bersahaja
Kami adalah angkatan muda yang memilih untuk berkarya.

Karena kami pemuda yang memilih merdeka




Friday, September 27, 2019

Apa Kabar Indonesiaku

Apa Kabar Indonesiaku
Oleh : Abdul Leman

Apa kabar Indonesiaku,
Bangsa yang beragama dan bersuku budaya dengan 5 dasar yaitu pancasila
Masihkah kita menjadi bangsa yang terpercaya atau justru telah menjadi bangsa yang tercidera.
1945 indonesia memroklamasikan diri menjadi bangsa yang merdeka.
Kurang lebih 6 agama dengan 1331 suku dan 652 bahasa di indonesia,  bersatu padu menjadi pandu


Lalu..?
Kemana ramah tamahan bangsa yang disebut nustara.
Kita mudah meluap-luap demi membela golongan lalu melupakan persatuan
Kita mudah marah -marah jika pemikiran tak searah lalu melupakan sejarah.
Kita mudah mengatasnamakan dosa hanya karena beda agama.
Kita mudah terjangkit penyakit hanya karena beda warna kulit.
Kita mudah teperdaya adidaya karena beda suku dan budaya.
Dan kita lupa bahwa kita adalah indonesia


Apa kabar indonesiaku
Bangsa yang kuat dengan undang-undang dasar yang ketat
Masihkah kita menjadi bangsa yang hebat atau justru telah menjadi bangsa yang terjerat.

Hukum  dibuat berulang-ulang dengan dalih, kepentingan negara.
Sementara itu ada lobang-lobang besar dibelakang kantong, yang menjadi tempat berkumpulnya cukong.
Suara rakyat dibungkam, namun kesejahteraan diabaikan.
Kami menjadi pemuda apatis yang tak mau berpendapat karena takut terjerat.
Ini negeri indonesia bukan bukan peninggalan jepang atau belanda.
Ini negeri nusantara yang seharusnya perasa bukan pembuat sara.


Apa kabar indonesiaku
Bangsa yang subur dan makmur dengan jutaan sumber daya yang tak terukur
Masihkah kita menjadi bangsa yang makmur atau justru telah menjadi bangsa yang terkubur.

Indonesia adalah tanah surga yang seharusnya dinikmati kurang lebih 265 juta manusia dari sabang aceh hingga merauke di papua, bukan hanya segelintir penguasa bangsa

1,905 juta km2 itu luas ibu pertiwi, dengan tanah yang subur dan laut yang makmur, tapi kami justru tersungkur.
Negeri kami negeri agraris tapi petani kami banyak yang mengemis
Negeri kami negeri bahari tapi nelayan kami banyak yang kurang gizi
Kekayan ibu pertiwi dikeruk, pengusa menjadi mabuk dan kami hanya mampu mengutuk.
Tambang emas dibiarkan bebas ditebas, kami ingin membalas penguasa menindas.
Para cukong bebas menjadi kingkong, asal ada uang mulut penguasa mudah berbohong.
Lalu kita lupa bahwa janji bangsa adalah mensejahterakan kehidupan bangsa dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Sunday, March 31, 2019

Puisi : janji

Janji

Berteriak ingin membelah langit dan mencakar nirwana
Sesumbar pada samudera menampar karang dilautan.
Menyulut bara api membakar rimba.
Mengkoyak air gemuruh mendasar jurang.
Kau rajut asa lalu menghasut rasa.
Pada angin kau menceritakan angan.
Pada sepi kau mencinta tanpa perduli kata.
Rembulan menyambang kau jamu dengan tembang.
Lalu kau marasuki diri menjanji yang kau anggap suci.
Sungguh mudah betul berkata hingga mudah pula melupa.
Lalu pada ujungnya kau dera menjadi lara.
Meninggalkan bekas pada hati yang terlanjur kau tebas
Tak mengucur darah dan bernanah memang
Pada kanvas yang kau lukisi merah meronah kau ubah jadi marah.
Lalu akhirnya kau meninggalkan janji jua.
Lalu akhirnya kau jadi pelupa dan sengaja dilupa.

Wednesday, March 6, 2019

Puisi tentang sahabat

KAWANKU
Oleh : Abdul Leman.

Kawan...
Bila perlu tak usah kau berlalu tetap begini tak usah merundu rindu.
Bila diingin tak usah kau menjelma serupa angin yang menyejukan lalu tinggal kenangan.
Setia bersama kini dan dulu,
Tetap seiring bila diperlu.
Sejati berkongsi suka dan duka,
Tawa seia tangis diseka,
Sakit dirasa bila terluka.

Kawan...
Masih ingat betul rasanya saat kita bersapa untuk yang pertama.
Tak disangka kini menjelma tak hanya sekedar berkawan karib.
Berawal dari malu - malu tertawa sampai kita saling menertawakan.
Berawal dari menutupi kekurangan sampai kekurangan dijadikan lelucon.
Dan tentang semuanya yang tak ingin ku lupa.
Saat itu aku takut sendirian lalu aku mengenal kebersamaan.
Sayangnya setelah mengenal kebersamaan aku harus mengenal perpisahan.

Kawan...
Apa jadinya jika nanti kita tak bersama lagi.
Apa jadinya jika nanti aku ingin tertawa bersama kalian.
Apa jadinya jika nanti aku ingin bercerita tentang semuanya.
Apa jadinya jika kita tak pernah bertemu kembali.

Kawan...
Apakah setelah perpisahan akan ada pertemuan lagi..?
Dimana kita saling bercerita tentang keberhasilan kita.
Tentang cita - cita dan cinta yang pernah ku ceritakan.
Sebab yang aku tahu setelah ada pertemuan pasti ada perpisahan, bukan sebaliknya.
Namun apakah sama rasanya jika ada pertemuan setelah perpisahan..?

Kawan..
Dimanapun kita mendayung prahu cita kita semoga kita tetap masih berlabuh dipulau ingatan.
Dipulau dimana kita bisa menertawakan kesuksesan kita.
Saling bercumbu rindu dan beringat masa kebersamaan ini.
Masa dimana yang tak akan pernah kulupa dan akan ku jadikan sejarah hidup.

Kawan...
Inginku sederhana saja,
Semoga kebersamaan ini tak pernah luntur, walau ada kawan yang lebih baik nantinya.
Tak pernah hilang walau dimakan waktu yang tak selamanya berpihak.
Kawan, mulai sekarag kau bukan lagi kawanku namun keluargaku.

Saturday, January 5, 2019

Puisi " Siapa aku "

Siapa Aku..? (Kamuflase)
Karya : Abdul Leman (karya adviz)

Diantara itu ada kata lalu aku susun menjadi tulisan.
Diantara itu ada kata " aku" lalu aku susun menjadi " katanya aku "
Diantara itu ada kata " mereka" lalu aku susun menjadi "katanya mereka".

Lalu mereka berkata " siapa aku..?"
Lalu aku berkata " aku siapa..? "
Lalu aku menuliskan " siapa aku dan aku siapa..?"

Setelah itu aku mencari kata yang hilang diantara tulisan itu.
Aku mencari di kata " baik " lalu aku menemukan kata " baik".
Aku mencari di kata " buruk" aku menemukan kata "buruk".
Aku mencari di kata " bijak" aku menemukan kata " bijak "
Aku mencari di kata " sesat " aku menemukan kata " sesat"

Setelah itu aku betanya siapa aku..?
Lalu Mereka menjawab untuk apa aku.
Setelah itu aku bertanya untuk apa aku..?
Lalu mereka menjawab siapa aku.

Setelah itu aku simpulkan pada setiap jeda kalimat itu.
" Ternyata aku bukan siapa - siapa.
Ternyata aku tak pernah tahu untuk apa aku.
Ternyata aku hanya menjadi aku jika kataku,
Dan menjadi mereka jika kata mereka".



Sunday, December 9, 2018

YANG HILANG BUKAN INDONESIANYA
oleh : Abdul Leman /28/03/18

Kepak sayapmu tentu masih gagah garudaku. 
Yang tak congkak terhadap waktu. 
Yang tak kelam terkubur masa lalu. 
Karena indonesialah negeriku. 
Kibarmu tentu masih mewangi merah putihku. 
Yang tak luntur terhadap waktu. 
Yang tak lusuh terkubur masa lalu. 
Karena indonesialah negeriku. 
Syukurmu tentu penghargaan bagi pejuangmu. 
Yang tak lekang terhadap waktu. 
Tak hilang terhadap zaman. 

Namun kini kepak sayapmu tak dihiraukan lagi. 
Kibarmu tak dihormati lagi bahkan syukurmu tak disyukuri lagi. 
Beginilah kiranya nasib sang waktu oh negeriku. 

Koruptor semakin menjadi - jadi. 
Kekerasan semakin tak terbendung lagi. 
Pembodohan manusianya semakin tak terhindari. 
Sumpah pemudanya tinggallah rayuan negeriku. 
Sumpah pemudinya tinggalah gombalan negeriku. 
Lantas kepada siapa lagi kiprah pahlawanmu ini disandarkan.
Indonesia negeri yang adil dan beradab namun manusianya kini semakin tak beradab. 
Indonesia negeri yang adil dan bijaksana namun kini kebijakannya bijak sana bijak sini. 

Oh negeriku.... Oh indonesiaku... Kaulah tanah airku. 
Kaulah tumpah darahku. 
Yang hilang bukanlah harga dirimu namun harga penghunimu. 
Yang fana bukanlah indonesiaku namun kebodohan penghunimu

Tuesday, November 27, 2018

Puisi cinta




Jika cinta adalah anugerah ilahiah maka tak ada cinta yang pantas membuat terluka, melemahkan jiwadan menghancurkan pengharapan.
Bagiku tentang mencintai siapapun adalah hak, namun dicintai bukan hak untuk melukai 
dan berikut adalah puisi cinta karya Abdul Leman,


JEJAK KASIH
Karya : Abdul Leman (03/06/17)

Kemana jejak kakimu berada.
Rasanya kemarin baru kita bersua dipenghujung jalan ini.
Suara langkah kakimupun belum terurai.
Kini tak berbekas lagi pada tanah merah yang pernah kita pijaki.

Apakah sudah jua diterpa angin laut..?
Atau mungkin kau telah terlempar kedunia lain..?

Suara dari lorong itupun serasa masih terdengar rayu tawamu.
Lihatlah kursi yang sering kita duduki itu seolah kau sedang memandangiku sembari tersenyum lebar.
Dan berkata "kemarilah sayang duduk disampingku aku merinduimu".

Lihatlah tempat yang sering kita singgahi itu.
Tampak sepasang kekasih sedang bercanda mesra.
Bukankah itu tempat kita merangkai mimpi-mimpi dengan begitu mesranya..?
Apakah kau ingat itu...?

Ah.... Aku lupa sekarang kau telah tiada.
Kau tinggal nama dan kenangan.
Lalu siapa yang acapkali aku melamun aku melihatmu tersenyum kepadaku.
Seolah berkata " wahai sayangku aku merinduimu ibarat kuncup pohon yang merindui hujan, ibarat malam yang kangen embun pagi".

Buku kenangan inipun takan pernah pudar dimakan siang, kelam dimakan malam, usang dimakan zaman.

Hujan pasti ada redanya.
Mendungpun ada gantinya.



MENCINTAIMU.
Karya : Abdul Leman

Aku mencintaimu seperti danau yang tenang, juga bergelora serupa ombak di lautan. Seperti api yang membakar, juga seumpama air yang membasuh. Seperti tiupan sepoi angin, juga amukan badai
Aku mencintaimu serupa ikan yang membutuhkan air, serupa kupu-kupu yang hinggap di pucuk-pucuk bunga, seperti gelap yang menggantikan terang, seperti matahari yang tak pernah padam.
Aku mencintaimu di tengah keramaian, juga dalam pelukan sepi. Aku mencintaimu ketika pagi dan malam, juga ketika hari hujan, ketika menit terpecah menjadi detik. Bahkan diantaranya, aku selalu mencintaimu.




KISAH SANG MALAM
Karya : Abdul Leman
.
tataplah indah sang bulan menembus belah kegelapan malam.
rasakanlah hening sang malam menyapu lirih bersama embun suci.
dengarlah ocehan sang jangkrik menyahut merdu beserta doa menusuk celah nadi sang malam.
dibawah kubah sintensial menggema doa mengiring jutaan mimpi.
diantara megah mega malam bernuansa kasih dari kekasih.
sang bintangpun berkedip melambai "kemarilah sayang kita menari bersama mimpimu"



TAK CUKUP SATRIA
Karya : Abdul Leman

Kala itu,,aku masih takut untuk bicara tentang  cinta..
Begitupun dirimu,,malu malu untuk mengakui cinta..
Walaupun kita sama sama dalam rangkulan cinta…
Walaupun kita sama sama menginginkan hal yang sama….
Waktu terus berputar teratur sesuai kehendaknya..
Ukiran ukiran kisah semakin rapi tertata
Indah disaksikan saat dua mata kita saling berpaut..
Satu tujuan namun tak sempat diikrarkan bersama….
Saat jatah waktu telah usai untuk kita..
Rasa pun sekedar bisa disimpan
Walaupun begitu penuhi  ruang dada
Membeban hati setiap kilasan kenangan melintas…
Hingga pd ahirnya,dan atas kehendaknya…
Dipertemukan kembali merangkai aksara aksara lama…
Mengumpulkan kembali kenangan manis silam..
Sampai tercetuslah kata yang sekian lama terkubur…
Tak mengapa walaupun terlambat untuk di haturkan…
Setidaknya tak ada lagi kisah yang tek terkisahkan…
Wlaupun terbit di di senja hari..
Kata orang ini adalah kisah kasih tak sampai..
Kasih ku telah sampai,hanya saja diwaktu yang tk tepat…
Mohon di maafkan untuk mulutku yang tak satria….

SEBENTAR LAGI SAYANG.
oleh : Abdul Leman
Nyalembeng/26 sept 2017

dia yang selalu memandangi cakrawala sembari menitik setiap gerak gerik matahari yang terus menjauh.
menghilang diantara mega langit sore.
tenggelam menuju malam yang pekat.

sebentar lagi sayang....!!
aku masih ingin bersua bersamamu.
menari dibawah mentari senja.
membuka diri menuju malam yang indah berasama kelipan bintang.
dekaplah jiwaku sayang...!!
untuk merangkul mimpi yang telah kita ukir menuju malam.
satu mimpi yang kita gadaikan pada bintang malam.
oh... nyatanya hujan datang sayang...!!
mendungpun tak terelakan lagi keberadaannya.
bintang mimpipun hilang seketika tak perduli berapa banyak mimpi yang telah diukir.
sebentar lagi sayang...!!!
aku masih ingin merangkai cinta bersamamu.
apakah kau tak ingin menunggu bintang fajar..?
untuk menagih mimpi yang telah tergadaikan pada bintang malam.
kenapa kau pergi sayang...?
membalikan diri dan berlari menjauh menuju mentari pagi.
oh.... mungkin saja kau tak ingin berjodoh lagi.